Cerpen : Boneka dan Bola

Peristiwa ini terjadi pada hari Sabtu, delapan tahun yang lalu ketika Aku masih menjadi anak baru di sekolah itu. Sungguh perbuatan yang tidak direncanakan sebelumnya.

Pada hari Sabtu ini, udara sangat bersahabat sekali. Ia bersemangat untuk menghangatkan seluruh isi yang ada di dunia ini. Jarum jam menampakkan dirinya tepat diangka sebelas. Seluruh anak laki-laki di kelasku sedang asyiknya bermain dengan boneka mereka kecuali Brian, Ya temanku Brian ini sangat maco orangnya, dia tidak mau bermain boneka bersama teman-temannya yang lain dan memilih bermain bola bersama teman-teman perempuannya termasuk Aku.
Namun, ada saja orang yang tidak suka melihat temannya sendiri bermain bola.
"Heh Brian hayu main boneka di lapang!" ajak Septian.
"Mbung ah urang mah Yan." Balas Brian dengan logat sundanya lalu pergi mendekati Aku.
Mendengar jawaban Brian tersebut membuat ketua tim boneka, Helmi geram melihatnya bagaikan seekor banteng yang melihat kain merah.
Helmi pun berlari secepat kilat namun karena kurang memperhitungkan percepatannya dia pun menyenggol tanganku yang pada saat itu Aku sedang menyelesaikan sebuah tugas negara. Karena Aku tidak menerima perlakuan tersebut, Aku langsung mendatangi Helmi yang berbadan tinggi dan besar itu.
"Kamu ngapain nyenggol tangan Aku? Ga liat Aku lagi nulis?" tanyaku dengan nada yang cukup tinggi.
"Kamu juga ngapain ngajak Brian main bola?" Jawab Helmi yang tidak mau kalah.
Karena Aku sudah tidak kuat, terlanjur sebal Aku kembali ke bangku-ku sambil membawa senjata.
Dengan perhitungan yang tepat, Aku tusuk senjata itu tepat di bagian punggung Helmi. Aku menggambar sebuah bola kusut tepat di baju pramukanya lalu berpindah ke tangan dan mukanya.
Helmi tidak diam begitu saja, Dia membalas perlakuanku dengan mencorat-coret jaket kesayanganku yang berwarna putih dan menjenggut mahkota berlianku.
Suasana kelas pun semakin gaduh ketika Helmi dan Aku mempunyai pendukung masing-masing. Sungguh, pertandingan itu menguras tenaga.
Namun, Aku tidak mau kalah begitu saja.
Hingga akhirnya pertandingan itu terhenti ketika wali kelas kami datang.
"Sudah ... sudah ... Hentikan!"
Dan pada akhirnya, pasca pertandingan tersebut Aku bermusuhan dengan Helmi selama beberapa hari, dimarahi oleh guru-guru, bahkan nilai sikap dalam raport semester itu mendapatkan nilai C.
Sungguh, Aku tidak mau mengulangi kejadian itu lagi.

0 comments:

Post a Comment

 
Shofwah Siswandi Blog Design by Ipietoon