Cerpen : Kau Tidak Usah Malu Untuk ... Menulisnya

Aku tahu seperti apa keadaanku yang sebenarnya. Orang-orang seketika terbelalak ketika melihatku berjalan melewati mereka. Semakin Aku pergi menjauh, semakin banyak orang yang saling berbisik. Seakan-akan mereka telah melihat Si Buruk Rupa. Hingga akhirnya Aku dipanggil oleh seseorang yang bernama Gina. Gina adalah teman sebayaku.
"Hey Shofwah! Tunggu sebentar."
"Ada apa, Gin?"
"Kamu masih belum mengerti juga, Kamu tahu tidak mengapa ketika kamu melewati orang-orang itu mereka saling berbisik seperti segerombolan burung yang sedang melihat ikan di pelabuhan?"
Secara spontan Aku menjawab tidak dan Gina mengatakan alasan orang-orang membicarakanku di belakang karena Aku terlihat berbeda di mata mereka.

Sedih rasanya ketika harus mengingat kejadian itu lagi, Kejadian yang tak pernah ku perkirakan akan terjadi seperti ini. Tak pernah terpikirkan sebelumnya olehku kalau Aku divonis oleh dokter menderita kelainan tulang belakang dan Aku harus memakai alat penyangga yang bernama brace. Mungkin karena inilah yang membuatku tak punya teman seorangpun.

Karena Aku merasa tidak sembuh juga, Aku mulai bertanya kepada Mama.
"Mama, Kenapa sih Shofwah tidak sembuh juga dari kelainan ini?"
"Sabar saja Shofwah, Kamu pasti akan sembuh."
"Tapi Ma, gara-gara ini Shofwah tidak mempunyai teman seorangpun. Shofwah capek harus menjadi orang yang berbeda dari yang lain!"
Mendengar Aku berbicara kepada Mama seperti itu, Akhirnya Mama memarahiku. Mama menampar keras pipi kananku hingga merahlah pipi kananku ini. Aku yang tida mau terus menerus diam seperti patung di hadapan Mama, pergi ke kamarku yang terletak di lantai tiga.
Sembari menangis kesakitan, Aku menulis segala keluh kesahku di dalam sebuah buku kesayanganku.

"Ya Allah bolehkah Aku menulis tentang semua keluh kesahku di dunia yang fana ini dengan meneteskan air mata yang berartikan 'Aku menyerah' ; 'Aku lelah' ; 'Aku tidak bisa melanjutkannya'.
Apakah Aku boleh bersedih dengan alasan Aku sudah terlalu capek untuk melanjutkannya?
Ya Allah sesungguhnya Aku sangat memahami betapa lemahnya badanku ini.
Ketika Aku bayi, Aku sungguhlah kecil dibanding bayi-bayi lain pada saat itu.
Seiringnya waktu, Aku tumbuh dengan mengidap skoliosis pada saat kelas 4 SD.
Bahkan sampai saat ini, Aku masih mengidap skoliosis itu.
Banyak sekali aturan yang harus Aku patuhi sebagai penderita skoliosis ini. Tapi sayangnya, orang-orang yang memiliki badan normal terlalu membedakan Aku. Mereka tidak mau sama sekali berteman denganku karena Aku berbeda dari yang lainnya.
Seandainya saja mereka mau berteman denganku ..."

Itulah tulisanku, tulisan yang akan membuat kehidupanku berubah nantinya.

Keesokan harinya ketika Aku tiba di sekolah, tiba-tiba saja banyak orang yang berkumpul di depan mading koridor utama. Ketika Aku menghampiri mading itu, tiba-tiba saja semua orang yang asalnya memandang tulisan di mading itu memalingkan pandangannya kepadaku seraya tersenyum. Aneh memang mengapa orang-orang seperti ini. Akhirnya Aku tersadar juga bahwa di mading itu terdapat tulisanku yang ku tulis semalam. Bagaimana bisa tulisan yang kubuat semalam sudah tersebar luas di lingkungan sekolah pagi-pagi ini? Tanpa ada raasa ragu, Aku mencabut kertas tulisanku yang menempel di mading itu lalu pulang ke rumah untuk menanyakan tentang hal itu kepada Mama.
"Mama... Mama di mana? Shofwah ingin bicara."
"Mama di taman, Shofwah."
Akupun langsung menuju taman sambil membawa kertas itu.
"Mama, Apakah Mama yang menyebarluaskan tulisan Shofwah yang dibuat semalam?"
"Iya, setalah Mama baca tulisan itu, isinya bagusj juga jadi Mama sebarluaskan. Memang kenapa?"
"Saat Aku datang ke sekolah, semua orang berkumpul dan tersenyum kepadaku."
"Ya bagus dong, berarti mereka sudah menerimamu menjadi teman mereka. Sekarang ayo ke sekolah lagi!"
Akupun kembali ke sekolah. Setibanya di sekolah, Aku disambut oleh orang-orang bahkan ada seorang perempuan cantik yang menghampiriku.
"Hai perkenalkan namaku Nickyta, Aku murid baru di sekolah ini. Setelah Aku baca tulisan kamu, Kamu mau tidak menjadi sahabat Aku?"
Tanpa pikir panjang, Aku langsung katakan'Iya', Kini Aku bersama Nickyta menjadi sahabat baik.

1 September 2015

0 comments:

Post a Comment

 
Shofwah Siswandi Blog Design by Ipietoon